Minggu, 03 Januari 2010

PERBUATAN MANUSIA

Tinjauan filsafat yang lebih menonjol terhadap manusia adalah menyangkut kebebasan. Perbuatan manusia dilihat dari segi efektivitasnya. Pandangan terhadap hal ini mempunyai akar pada konsepsi tentang hakikat manusia dan daya-daya yang dimilikinya. Apabila manusia mempunyai hakikat dengan daya-daya yang efektif pada dirinya, ia dengan sendiri-nya adalah pelaku perbuatan-perbuatannya. Sebaliknya, apabila manusia dipandang tidak mempunyai daya-daya yang efektif pada dirinya, perbuatan-perbuatannya, pada dasarnya, tidak berasal dari dirinya sendiri. Perbuatan-perbuatan itu merupakan hasil determinasi kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Manusia dalam hal ini tempat berlakunya kekuatan-kekuatan itu.

Menurut Al Ghazaly didalam Ma’arij al quds, perbuatan adalah bagian dari gerak. Apabila gerak dikaitkan dengan manusia, maka gerak tersebut dapat dibedakan atas gerak yang tidak disadari (at thabi’i) dan gerak yang disadari (al iradiyyat). Gerak yang tidak disadari, kita sudah maklumi bahwa tubuh manusia dikatakan miniartur alam semesta, dimana unsur-unsur alam bergerak dan berkembang mengikuti perintah dan peraturan- peraturan Allah semata.

Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat). Yang lebih dekat diantara ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat adalah daya penggerak dari jiwa sensitive yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Ia adalah momen terakhir yang secara langsung berhubungann dengan wujud perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya ialah menggerakkan tubuh. Bentuk gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan atau iradat. Berdasarkan salah satu kecenderungan yang inheren didalamnya : positif atau negatif. Positif sebagai reaksi terhadap yang menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang merugikan. Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat kegiatan memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada proses sesudahnya al qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al qudrat, sehingga yang disebut terakhir ini menjadi aktual, tidak sekedar potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada proses sebelumnya, yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak mempunyai intensitas kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai intensitas kepada wujud perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat mempunyai “kekuasaan” yang lebih besar karena ia tidak menerima perintah dari daya sebelumnya, ia mempunyai inisiatif memilih, al iradat menentukan pilihannya berdasarkan pengetahuan.

Daya “mengetahui” mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada al iradat, tetapi ia mempunyai hubungan yang jauh dan terlibat secara langsung dengan perbuatan adalah al iradat dan al qudrat. Sepintas lalu proses terwujudnya perbuatan ini memperlihatkan efektivitas manusia, melalui iradat manusia mempunyai kebebasan dan memlalui al qudrat manusia mempunyai kemampuan pada dirinya untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Disamping itu, Al Ghazaly menyatakan juga didalam buku-buku filsafatnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia terwujud dengan sebab “perbuatan Allah”

Namun demikian Al Ghazaly mendapat sorotan tajam dan dituduh sebagai biang kerok kejumudan pemikiran ummat. Hal ini disebabkan banyak kalangan yang kurang teliti melihat alur pemikiran Al Ghazali. Yang dimaksud adalah andil Allah dalam setiap perilaku manusia maupun makhluk dalam memberikan pengertian baik maupun buruk. Akan tetapi Allah sudah membekali dan memberikan kebebasan untuk memilih dua hal tersebut. Yang akan saya utarakan adalah persoalan awal sebelum kehendak dan kemampuan berbuat itu muncul. Misalnya seorang penulis, maupun pelukis, saat dimana ia melakukan perbuatan tersebut. Ia sebenarnya hanya diam menunggu inspirasi datang kemudian muncul kehendak lalu memerintahkan kemampuan atau iradat untuk melakukan gerakan.

Pengetahuan ini sering disebut dengan pengertian awwali atau ide besar yang belum berupa rangkaian huruf-huruf, bukan rumus-rumus suara, Dia ada meliputi segenap jiwa dan alam. Ialah perintah-perintah atau amar-amar Tuhan yang mengarahkan dan menggerakkan segala-sesuatu. Ialah ruh yang suci, yang tidak bisa digambarkan oleh fikiran, namun Ia hadir dengan perintahnya, tidak berupa suara dan suasana. Dia berkata-kata kepada para penulis novel, dia melukis bersama seniman, dia menuntun lebah merangkai sarangnya, dan semut-semut pun mengerti apa yang mesti dilakukan dalam hidupnya.

Pengertian–pengertian itu datang mengalir secara murni tanpa ada campur tangan makhluk apapun termasuk malaikat. Kita bisa rasakan sendiri hal ini bahwa datangnya perintah terhadap tubuh maupun alam secara alami berlaku pasrah maupun terpaksa. Kita perhatikan orang yang sedang tidur. Ia berbaring tanpa dikendalikan lagi oleh kemauan dan kekuasaan diri. Instrument tubuh bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.bandingkan dengan perilaku alam yang lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bumi dan planet-planet lainnya. Semua bergerak teratur menurut perintah Allah. (lihat Surat Al Fushilat 11-12).

Yang membedakan antara manusia dan makhluk lain adalah adanya iradat dalam diri manusia sehingga ia bebas memilih untuk berbuat atau tidak. Akan tetapi manusia tidak bisa menentukan gerakan Ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu gerak hakiki .

Gerak hakiki adalah gerak dimana Tuhan telah menentukan arah dan kadar fungsinya. Ia tidak akan menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan Tuhan. Ia patuh sebagaimana alam semesta patuh. Ia bersifat pasrah yang dinamis, karena ia mengikuti gerak dan keinginan Ilahi

Para seniman Taichi berprinsip mengikuti irama gerak alam. Tubuhnya dipatok kedalam kekuasaan besar yang meliputinya, ia membiarkan tubuhnya berdiri diatas kelembutan dan kekerasan, sehingga keseimbangan dan keharmonisan segi tiga realitas menjadi puncak prinsip, mikro kosmos, makro kosmos dan metakosmos. Sehingga ia akan mengenal wujud Allah melalui tahapan wilayah-wilayah sampai kepada kesimpulan bahwa semua makhluk adalah fana kecuali wujud Allah Yang Maha Suci.

Gerak hakiki merupakan sunnatullah. Ia bergerak sesuai dengan kehendak Ilahi. Kita tidak bisa menghentikan kehendak hakiki pada tubuh kita untuk mati. Kita tidak pernah merencanakan lahir menjadi seorang laki-laki ataupun perempuan. Kadang-kadang kehendak itu bertentangan dengan kehendak kita. Kita menginginkan hidup seribu tahun lagi, namun ada gerak hakiki yang menghentikan dengan paksa untuk mati diusia belasan tahun.

Dengan mengetahui adanya dua kehendak yang berlangsung dalam diri kita, menandakan adanya bentuk hakikat dan bukan hakikat. Sehingga kehendak yang bukan hakikat semestinya mengikuti gerak hakikat yang menjadi pusat ketentuan dan ide didalam setiap gerak manusia. Maka sesungguhnya fitrah Allah dan fitrah manusia adalah sama (lihat surat Ar Rum : 30). Untuk mengenal hakikat Allah dan mengikuti kehendak-Nya, kita harus berupaya menjalani pendekatan melalui jalan ruhani. Karena Allah sendiri hanya memberikan tanda-tanda atau rambu-rambu dalam meberikan petunjuk menuju pengenalan akan "wujud" (eksistensi Allah).

Pengenalan ini harus kita mulai dengan membuka harus kita mulai dengan membuka wawasan ilmu tauhid kepada Allah, yaitu ilmu yang bersangkut paut masalah hakikat Allah, sifat-sifat Allah, dzat Allah, Af'al Allah. Sebab kalau kita tidak mengenal ilmu ini, maka tentunya kita tidak akan tahu sampai dimana perjalanan kita menuju jalan hakikat. Jalan ruhani akan terhalang jika kita tidak mengetahui akan keadaan Allah secara ilmu. Kita akan terjebak oleh keadaan alam-alam yang menakjubkan didalam fenomena ghaib. Bisa jadi khayalan dan halusinasi seseorang yang bergembira berlebihan akan hidup berkerohanian menyebabkan memori didalam otaknya muncul tatkala ia berkonsentrasi apa yang diinginkan. Keadaan ini sering muncul atau seakan-akan ada orang yang membisikkan untuk melakukan sesuatu. Didalam berguru kepada Allah, hendaknya kita sudah mempersiapkan bekal ilmu yang disebutkan diatas, sebab kita akan memasuki dunia ketuhanan secara total.



{oleh Abu Sangkan}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar